Mengenal EQ

Disadari atau ngga, anda pasti pernah menggunakan EQ (Equalizer), alat yang satu ini emang bisa dengan mudah kita temukan, bukan cuma di studio musik aja tapi juga di tape mobil, di music player seperti winamp, mp3 player gadget, dan hampir terdapat di semua media player lainnya baik itu berupa software ataupun hardware, tapi mungkin gak semua orang mengenal dengan baik apa itu EQ.

Singkatnya, EQ adalah sebuah alat yang memungkinkan kita untuk mengorganisir frekuensi tertentu.

Equalizer berasal dari kata equal, kalo dalam kamus, equal=sama/menyamai, maksudnya dengan alat ini kita bisa memanipulasi sebuah suara hingga bisa menyamai suara aslinya, tapi pada perkembangannya EQ bukan cuma untuk itu, banyak sekali hal yang bisa di lakukan dengan EQ dari hanya sekedar memanipulasi suara agar sama dengan suara aslinya.

Pada media-media player yang beredar di masyarakat luas, settingan EQ tidak serumit EQ yang digunakan untuk kebutuhan recording. Biasanya cuma ada parameter frekuensi dan gain saja, ada yang 4 band, 6 band, 8 band atau lebih, atau berupa settingan untuk mengubah volume bass, middle dan treble, dan ada juga yang berupa presets seperti Rock, Pop, Classic dll. Sedangkan buat kebutuhan recording, settingan EQ akan lebih luas lagi.

Buat newbie di dunia audio, ada baiknya kalo anda mengetahui apa yang sesungguhnya sedang anda lakukan dan efeknya terhadap file audio saat menggunakan EQ saat mixing dengan mengetahui fungsi dari slider/tombol/parameter yang anda ubah-ubah nilainya itu.

Berikut adalah beberapa fasilitas dan terminologi seputar EQ yang perlu diketahui :

HF : High Frekuensi

LF : Low Frekuensi

MID : Midrange frekuensi / Middle.

Tombol Frekuensi : Digunakan untuk memilih frekuensi mana yang akan diboost (diangkat) atau dicut (diturunkan).

Q” atau bandwidth : Fasilitas ini adalah untuk menentukan seberapa lebar atau sempitkah range frekuensi yang akan diboost atau dicut.

Tombol Gain : Fasilitas pada EQ yang satu ini gunanya untuk mengubah volume frekuensi. Seperti halnya volume biasa, tapi lebih spesifik pada frekuensi tertentu.

Notch : Adalah Istilah untuk menurunkan frekuensi tertentu dengan range yang sangat sempit. Lihat gambar di bawah.

Notch

Notch

High Pass Filter : Type filter pada EQ untuk memotong frekuensi low. Lihat contoh gambar di bawah.

High Pass Filter

High Pass Filter

Low Pass Filter : Type Filter pada EQ untuk memotong frekuensi high. Sebaliknya dari High Pass Filter.

High Self : Type filter pada EQ untuk mengurangi atau menambah frekuensi High. Lihat contoh gambar di bawah.

High Self

High Self

Low Self : Type filter pada EQ untuk mengurangi frekuensi Low. Sebaliknya dari High Self.

Bell : Bentuk EQ yang memiliki peak / puncak. Lihat contoh gambar di bawah.

 Bell

Bell

ByPass : Tombol untuk menonaktifkan EQ, memungkinkan kita untuk membandingkan sound yang sudah di EQ dan sound sebelum di EQ. Tombol ini berguna agar kita tahu sudah sejauh mana kita melakukan perubahan frekuensi pada sebuah track saat mixing.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Mengenal Compressor


Tidak seperti eq, reverb, delay atau chorus yang jika kita setting sedikit saja maka efeknya bisa terdengar dengan jelas, sedangkan pada compressor tidak, kecuali jika kita setting dengan ekstrim, tapi dengan begitu bisa-bisa malah membuat audionya jadi “cacat”. Mungkin karena itulah banyak dari kita yang tidak begitu memahami compressor. Disini saya akan mencoba menjelaskan apa yang ketahui ttg compressor.

Fungsi utama dari compressor adalah membuat sinyal audio jadi lebih stabil, atau dengan kata lain, menaikan sinyal yang terlalu kecil dan menurunkan sinyal yang terlalu besar, sehingga sinyal audio memiliki “dynamic range” yang lebih baik. Ada dua keuntungan yang bisa kita dapat kalo sinyalnya stabil.

Keuntungan yang pertama , kita bisa mendapatkan hasil yang lebih jernih saat proses tracking, karena dengan compressor kita bisa menaikan gain yang cukup besar (bisa kita lihat pada headroom), tanpa takut peak (lampu headroom berwarna merah). Pada media digital, kita harus menghindari peak, karena itu akan menyebabkan distorsi/click/crack. Kesimpulannya, gain yang baik adalah gain terbesar tapi tidak sampai peak, nah.. untuk menghindari peak itulah maka kita gunakan compressor saat merekam. Dengan begitu maka kita bisa mendapatkan apa yang disebut dengan “signal-to-noise ratio” yang baik.

Keuntungan yang kedua, sinyal audio yang kita beri compressor diharapkan bisa lebih terdengar diantara track-track lainnya di dalam mixingan anda, karena sinyalnya gak timbul-tenggelam.

Selain itu?…, ada fungsi lainnya, kadang compressor digunakan juga untuk menambah sustain pada cymbal, gitar atau bass. Misalnya kalo saya menambahkan compressor pada track bass dengan settingan release time yang cukup panjang, lalu menggeser slider threshold sampai mendapatkan gain reduction katakanlah 6dB (cukup ekstrim), maka saya akan mendapat sustain yang lebih panjang. Koq bisa?, saya coba jelasin gimana sebenernya cara si compressor ini bekerja.

Ada 4 fitur utama pada compressor yaitu : threshold, ratio, attack dan release.

Threshold : Untuk menentukan kapan si compressor mulai bekerja. Misalnya begini, saya setting threshold pada angka -16dB, maka jika ada sinyal yang besarnya melewati -16dB (-12dB misalnya), maka compressor akan mulai bekerja, kalo di bawah -16dB maka compressor tidak bekerja. Dengan kata lain mungkin begini, “threshold adalah fitur pada compressor untuk membuat batasannya” :roll: . Selama sinyal berada di bawah garis threshold maka tombol attack, release, ratio atau knee tidak akan membuat perubahan apa-apa walaupun saya setting dengan sangat ekstrim karena si compressor memang tidak bekerja. Untuk melihat berapa banyak sinyal yang di kompres, kita bisa melihatnya pada gain reduction.

Ratio : Untuk menentukan seberapa banyak sinyal yang akan diturunkan oleh compressor ketika dia melewati garis threshold. Misalnya saya setting ratio 4:1, artinya kalo ada sinyal yang melewati garis threshold sebanyak 4dB maka sinyal itu hanya akan menjadi 1dB saja diatas threshold. Contoh: saya setting threshold -16dB dengan ratio 4:1, lalu ada sinyal yang besarnya -12dB, maka sinyal itu akan menjadi -15dB.

Attack : Untuk menentukan seberapa cepat si compressor ini bereaksi ketika ada sinyal yang melewati garis threshold.

Release : Setelah berapa lamakah compressor ini baru akan melepaskan reaksinya, kita bisa mengaturnya melalui tombol release.

Kira-kira seperti itulah cara compressor bekerja, dia layaknya asisten pribadi kita yang baik hati, yang akan menurunkan sinyal-sinyal yang terlalu besar agar tetap stabil, sesuai dengan perintah yang kita berikan padanya melalui threshold, ratio, attack dan release, tanpa minta gaji pula… :grin: .

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

20 Langkah Mixing Musik


ge-mixing itu hampir-hampir seperti orang mau masak. Jadi sebaiknya sebelum belajar mixing, belajar masak dulu. LOL….

Maksud saya, ada hal yang amat-amat-sangat penting diperhatikan, dan ini yang sering dianggap remeh, yaitu “source” atau “mentahan” atau “data audio” atau “Data Master” atau..apalah. Seorang koki yang bijak akan memilih sayuran segar dan daging yang segar sebelum memasak. Kalo sayurannya udah pada layu, dagingnya udah gak seger lagi ditambah telur yang udah agak-agak bau? Pasti gak maksimal hasilnya kan?.

Maka lakukan dulu tracking semaksimal mungkin. Misalnya cari gitar yang bagus, pake effek gitar yang bagus, kalo ga ada, pinjem ato sewa punya temen, trus main semaksimal mungkin. Begitu juga dengan drum dan bass. Vocalist pastikan dalam keadaan fit.

“Ah repot baget sih, kan ntar juga di mixing bisa jadi bagus” ya begitulah, nge-mixing sangat berbeda dengan me-nyihir :grin: .

Kalo udah oke… Let’s cooking!

Banyak cara yang bisa dilakukan seseorang dalam nge-mixing musik, ini cuma salah satu cara yang biasa saya lakukan. Jadi ini cuma gambaran aja terutama buat newbie, saya pun gak selalu nge-mixing dengan urutan yang sama persis seperti ini.

1. Cari dulu referensinya lalu denger dan perhatikan baik-baik karakter mixingannya karena setiap genre biasanya punya komposisi yang berbeda dari genre yang lainnya. Misalnya musik jazz itu lebih dry daripada musik rock. Kalo bisa jangan mulai ngemixing dulu sebelum ada tujuan akhirnya mau seperti apa.

2. Bersihkan semua klip audio dari noise, bocoran dari instrumen lain atau sinyal-sinyal yang gak diinginkan. Langkah ini bisa dilakukan dengan noise-gate, tapi banyak sound engineer yang melakukannya secara manual karena rasanya memang lebih fleksibel.

3. Setelah klip audio dibersihkan mulailah untuk mem-balance semua track. Langkah awalnya turunkan semua volume fader sampai ke dasar (kecuali master fader tentunya).

4. Sekarang naikan track kick pelan-pelan sampai terasa cukup, gak perlu terlalu keras karena nanti akan ada bass yang akan menambahkan kebutuhan di frekuensi low nya. Kalo anda punya track room, maka itu bisa dijadikan patokan seberapa besar volume kick yang proporsional.

5. Lalu anda naikan track snare sampai terasa seimbang dengan track kick yang tadi sudah lebih dulu dinaikan.

6. Kemudian diikuti track hi-hat dan cymbal. Hati-hati jangan sampai terlalu besar, karena hal ini bisa mengganggu hasil mixing secara keseluruhan, jangan sampai nantinya hasil mixingan anda terganggu oleh suara cymbal yang berlebihan. Biasanya hi-hat dan cymbal/overhead saya set sekitar 30% s/d 50% lebih pelan daripada track kick dan snare.

7. Diikuti dengan tom 1, tom 2, dan floor. Sebaiknya jagan dulu di panning ke kiri atau ke kanan, biarkan dulu pada posisi di tengah lalu anda naikan pelan-pelan sampai anda merasa volumenya cukup proporsional, setelah itu barulah anda lakukan panning. Lakukan koreksi pada volume fader jika terasa terlalu besar setelah di panning, biasanya dengan menurunkan sekitar 2 dB atau lebih dikit.

8. Nah sekarang kita angkat volume fader pada track bass pelan-pelan. Fokuskan perhatian anda pada suara kick, naikan sampai pada titik dimana anda merasa kick dan bass-nya menyatu. Langkah ini kadang terasa susah terutama kalo sound bass-nya kurang bagus, atau si player waktu proses trackingnya gak stabil. Maka biasanya saya tambahkan compressor duluan atau saya melakukan langkah ini sambil menyeting EQ.

9. Barulah kita angkat instrumen-intrumen lainnya seperti rhytm gitar, fill gitar, lead gitar, keyboard dan lainnya seseimbang mungkin. Yang sifatnya lead biasanya lebih menonjol dari yang lainnya tapi jangan juga jadi berlebih.

10. Lalu barulah vocal. Untuk industri musik di Indonesia biasanya perbandingan volume antara vocal dan instrument itu 60/40 bahkan kadang lebih besar lagi. Kalo musik barat biasanya kira-kira sekitaran 50/50 atau terkesan rata.

11. Proses balance sudah selesai, sekarang tambahkan compressor pada track-track yang membutuhkannya terutama pada track yang kedengerannya timbul-tenggelam.

12. Lalu tambahkan juga EQ. Langkah ini hampir selalu dibutuhkan, bukan cuma buat “mengobati “ sound yang gak bagus tapi lebih ke kebutuhan pembentukan sound (sound shaping).

13. Sampailah sekarang pada proses pemberian nuansa yang tujuannya biar mixingan anda gak boring. Kalo 100% dry akan terdengar membosankan tentunya. Langkah ini adalah penambahan effect seperti reverb, delay, chorus dll. Silahkan berkreasi dan “use your imagination”. Tapi ingat, jangan berlebihan atau anda akan kehilangan punch, kecuali anda punya alasan artistik tersendiri.

14. Sekarang mixingan anda sudah punya nuansa, sudah punya space, terdengar seperti di dalam sebuah cafĂ©, atau di sebuah stadium yang bisa menampung 60.000 orang? :nod: , nice… tapi bagaimana dengan dinamika? Jika masih terasa monoton maka anda butuh melakukan automation, misalnya di bagian chorus, gitar rhytm lebih menonjol daripada di bagian verse, atau reverb vocal di bagian chorus lebih besar daripada di bagian verse. Ya sudah, tambahin aja automation.

15. Langkah berikutnya adalah koreksi EQ. Langkah ini juga hampir selalu dibutuhkan karena seringkali ada frekuensi dari sebuah track yang luput dari perhatian kita karena kita terlalu sibuk dengan proses-proses sebelumnya tadi. Cek dengan men-solo-kan track satu per satu.

16. Begitu pula dengan volume fader. Cek dengan men-solo-kan track satu per satu, mungkin ada yang terlalu besar atau justru kurang besar.

17. Istirahat dan cek lagi keesokan harinya. Telinga manusia tidak selamanya jujur terutama ketika kondisi anda sudah kelelahan atau lagi demam :grin: .

18. Sudah cukup tidur? Oke, buka lagi file yang udah di mixing. Dengar lagi baik-baik. Mungkin persepsi anda sudah berubah pada hasil mixingan kemarin. Lakukan refisi disana-sini merupakan ide yang bagus.

19. Kalo udah yakin ya udah, bounce/render/export song to audio file.

20. Putar di tape mobil anda, di kamar anda, di mana saja. Buat catatan yang menurut anda penting sebagai bahan pembelajaran untuk mixingan anda berikutnya. Have Fun!.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Pengumuman : Pencinta musik jazz!!

Pengumuman : Pencinta musik jazz!!

Anda kolektor rekaman musik jazz?
Anda penikmat musik Jazz?
Atau Anda musisi jazz?

Jika semua jawaban dari pertanyaan di atas adalah “YA”.

Bisakah Anda membayangkan betapa nikmatnya mendengarkan alunan musik Jazz dengan gaya yang biasa dimainkan oleh musisi Jazz seperti ; John Scofield, Mike Stern, Pat Martino, George Benson, Larry Carlton, Robben Ford, John Abercrombie, Pat Metheny, dan Wes Montgomery??! Bahkan alunan musik Jazz dengan gaya Barney Kessel sekalipun!!

Saya yakin Anda pasti sudah terbiasa dengan semua permainan mereka dengan alunan musik Jazz-nya yang sangat menakjubkan.

Tapi..

Pernahkah terbayangkan di benak Anda bahwa Anda bisa berimprovisasi dan menciptakan sebuah komposisi musik dengan gaya bermusik mereka?

Saya ingin berbagi sebuah rahasia kepada Anda.
Rahasia yang sudah 20 tahun tersimpan rapi di lemari koleksi saya.

Bagaimana Steve Freeman, Doug Perkins dan Norman Brown menciptakan improvisasi musik JAZZ ROCK dengan menggabungkan gaya bermusik John Scofield, Mike Stern, Pat Martino, George Benson, Larry Carlton, Robben Ford, John Abercrombie, Pat Metheny, Wes Montgomery, dan Barney Kessel??

Saya ceritakan pengalaman saya.

Sebuah album rekaman kaset Jazz keluaran tahun 1989 saya temukan di bagian belakang lemari koleksi kaset musik saya sekitar awal bulan Maret lalu. Satu set album rekaman berisi enam buah kaset tape bertuliskan “JAZZ ROCK” by Steve Freeman, Doug Perkins & Norman Brown.

Saya ingat, Steve Freeman pernah bercerita tentang pengalamannya saat mengenal musik Jazz, dan yang dapat saya pelajari dari sana adalah bahwa saya harus….

Sebelum saya menjelaskan apa yang saya pelajari dari Steve Freeman, perlu saya tekankan disini bahwa beliau adalah salah satu musisi Jazz yang sangat berpengaruh. Karya-karyanya sangat fenomenal dengan berbagai improvisasinya. Banyak musisi Jazz yang menjadikan beliau sebagai salah satu inspiratornya.
Termasuk saya.

Lalu, apa hubungannya Steve Freeman dan Anda dengan album kaset ini?
Jawabannya adalah : Ciptakan Kreativitas Klasik!!

Baiklah, saya akan ceritakan apa yang terjadi dengan album kaset ini.
Ketika saya menemukannya di belakang lemari koleksi kaset-kaset saya, saya berpikir bahwa secara tidak sadar saya telah menyimpan sebuah karya besar dari seorang maestro. Tanpa pikir panjang, langsung saya putar kaset tersebut.

Anda tahu apa yang saya temukan?

Saya begitu terkejut dengan isi dari album kaset ini. Saya malah tidak sempat menyentuh tuts piano saya ketika mendengar kombinasi nada yang dimainkan di dalamnya. Begitu emosional. Enam buah kaset tape, berisi tutorial musik Jazz Rock dengan arahan berbahasa Inggris yang dipandu langsung oleh Steve Freeman, Doug Perkins dan Norman Bown.

Setelah selesai memutar kaset tape pertama yang berjudul “Modern Triad Improvising, in the style of : John Scofield and Mike Stern” yang begitu indah –saya bahkan tidak sempat untuk menyentuh tuts piano saya–, saya tidak sabar lagi untuk memutar kaset tape yang kedua, walaupun judulnya cukup membuat saya bingung, “Lines for Static Chords and Vamps, in the style of : Pat Martino, George Benson, and John Scofield”, saya tidak meragukan lagi apa isi di dalamnya. Luar biasa!!!.
Kaset tape selanjutnya pun saya putar.
Kaset tape ketiga berjudul “Blues Fusion, in the style of : Larry Carlton and Robben Ford” -mengagumkan!-.
Kaset tape keempat berjudul “Atmospheric Jazz, in the style of : John Abercrombie and Pat Metheny” -mempesona!!-
Kaset tape kelima berjudul “Lines for Bop Progressions, in the style of : Wes Montgomery, George Benson, and Pat Martino” -ini saya suka!!-.
Kaset tape keenam berjudul “Double Stop Improvising, in the style of : George Benson, Pat Martino, and Barney Kessel” -hebaat!!-.

Benar-benar karya yang fenomenal untuk Anda para penggemar musik Jazz, musisi Jazz, atau kolektor musik Jazz. Anda pasti menginginkan Album ini berada di lemari koleksi Album musik Jazz fenomenal Anda yang lain!!!

Anda mungkin bertanya,
Apa yang harus saya lakukan?

Saya yakin, jika Anda memilikinya sekarang dan mungkin hanya memajang saja satu set Album “JAZZ ROCK” berisi karya mempesona ini di lemari koleksi Anda, teman-teman sesama pencinta musik Jazz yang berkunjung untuk melihat koleksi Anda pasti akan bertanya “Hei, darimana kamu dapat album itu? Aku belum pernah melihatnya!”

Apalagi jika Anda mempelajari tutorial yang diajarkan oleh Steve Freeman, Doug Perkins, dan Norman Brown ini. Bayangkan saja teman-teman pencinta musik Jazz Anda terheran-heran ketika Anda memainkan sebuah komposisi musik yang begitu indah dan merdu di hadapan mereka, dan Anda akan semakin disegani oleh mereka karena Anda telah menyajikan komposisi musik yang mungkin masih baru di telinga mereka, “JAZZ ROCK”, by You!!

Benar-benar sebuah karya yang belum diketahui kebanyakan pencinta musik Jazz di Indonesia. Anda pasti tidak ingin melewatkan kesempatan menjadi yang pertama untuk memilikinya bukan? Sebuah Album berisi enam kaset tape “JAZZ ROCK” by Steve Freeman, Doug Perkins, and Norman Brown. Bernilai tinggi, koleksi pribadi sejak tahun 1989, siap menghiasi lemari koleksi album musik Jazz Anda yang lain.

Anda pasti bertanya lagi,
Bagaimana saya bisa mendapatkan Album ini?

Maaf, untuk hal yang satu ini, sebenarnya saya kurang begitu suka. Karena apa yang saya punya ini merupakan sebuah karya yang jarang dimiliki orang lain. Saya telah berjanji untuk tidak menjual karya ini kepada sembarang orang.

Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memilikinya.
Dan sekali lagi, saya tidak menjualnya secara langsung supaya adil.
Maksud saya disini adalah, satu set Album “JAZZ ROCK by Steve Freeman, Doug Perkins, and Norman Brown” ini akan saya LELANG selama Dua Minggu sejak di terbitkannya artikel ini, pada tanggal 26 Maret – 9 April 2009.

Dengan harga pembukaan untuk koleksi fenomenal ini :

£ 459 (Empat Ratus Lima Puluh Sembilan Poundsterling)

-Pembayaran akan dikonversikan ke mata uang Rupiah sesuai kurs mata uang Poundsterling yang berlaku saat penawaran terakhir-

Penawaran dapat dilakukan lewat email : tookubuy@gmail.com
Setiap ada penawaran baru, semua penawar sebelumnya akan di beri informasi terbaru setiap harinya pada pukul 17.00 WIB.
Lelang akan ditutup pada tanggal 9 April 2009 pada pukul 17.00 WIB.

NB.1 : Tidak semua pencinta musik Jazz memiliki album ini. Album ini keluar pada tahun 1989, sehingga sampai saat ini, hanya beberapa orang saja yang masih memilikinya, salah satunya adalah saya. Mungkin nanti Anda.
NB.2 : Album yang saya miliki ini Asli!!
NB.3 : Nah, Apakah Anda tidak ingin menjadi salah satu pemiliknya? Tawarlah segera!!

Ini Fotonya :

Kaset2 zaman Jadul? Back Street, NKOTB...semua kujual, cuci lemari deh!! he2
Temen2 yang berminat pada kaset2 second zaman jadul seperti NKOTB, Boyzone, 911, boysband tahun 90'an...kebetulan aku mo cuci lemari ne...he2
For List of all tapes that I have will coming soon............If you are interested, please contact me at:


081310553300

or you can email me at pluton_07@yahoo.com with Reny...THX
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS